Tak
dipungkiri lagi dunia internet sudah merupakan dunia semua kalangan di zaman
ini. Menjelajahi dunia oleh setiap kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa
hingga usia lanjut (masih) tetap setia pada dunia maya. Tiada hari tanpa
membaca, tiada hari tanpa memantau berita dan tiada hari tanpa mengenal dunia.
Paling tidak ya sekedar mengetahui aktivitas rekan-rekan terdekat via online.
Gadget sudah pasti menjadi pilihan sebagai
pelengkap untuk menjelajahi dunia maya. Gadget merupakan alat fungsi
praktis spesifik yang berbau teknologi. Simple, ringan, berukuran mini,
praktis dan itu yang membius orang-orang harus memilikinya. Gadget yang
dikoneksikan internet mengajak setiap orang dengan cepat menjelajahi dunia,
kapanpun dan dimanapun. Online sudah menjadi kebiasaan rutin bahkan sudah
menjadi kebutuhan hidup individu setiap hari. Ingin mencari defenisi,
informasi, bahkan referensi, orang-orang dengan gampang saja menggunakan gadget
pribadi. Lebih memudahkan dan lebih mengefisienkan waktu.
Indonesia
sebagai negara konsumsi terlebih pada teknologi terlihat sangat mengagungkan gadget
sebagai teman yang menguntungkan untuk berinteraksi di dunia maya. Sudah pasti
situs-situs tertentu menjadi pilihan utama untuk disinggahi sebagai kegiatan
rutin per hari. Silahkan saja lihat di alexa.com situs-situs apa saja yang
terpopuler oleh masyarakat Indonesia untuk di-klik setiap hari setiap saat.
Gadget yang tak lepas di tangan selain
membawa efek positif, sudah pasti membawa efek negatif pula. Memang sangat
memudahkan dalam mengakses informasi sebagai upaya memantau berita. Lain halnya
bila mencari defenisi dan referensi. Lihat saja di kalangan pelajar ataupun
mahasiswa, dengan semakin mudahnya akses ke internet dapat dengan cepat mencari
defenisi sesuai kebutuhan dari banyak sumber-sumber yang disediakan oleh google.com/co.id
mesin pencari otomatis (googling), begitu pula halnya bila mencari
referensi untuk sebuah karya tulis. Hasil yang banyak dan sumber yang banyak
ditemukan justru lebih sulit mengingatnya satu per satu. Ketika meng-klik dari
satu link ke link lainnya hanya dalam durasi
tertentu yang sangat terbatas mengingat sedikitnya waktu yang tersisihkan untuk
mengakses situs-situs defenisi dan referensi ketimbang mengakses situs-situs
sosial media akan menimbulkan efek tertentu. Sudah jelas, banyak web/blog yang
tersedia sebagai sumber untuk defenisi dan referensi oleh yang membutuhkan.
Banyak dan pada akhirnya membingungkan untuk dipilih mana yang penting dari
yang terpenting. Sedikit waktu kesempatan membaca pada akhirnya membuat gampang
lupa. Nah, efektif dan efisienkah itu? hehe…
Lalu,
bagaimana dengan buku? Masih banyak kah penggemarnya? Masih kah ada yang tetap
setia memegang buku? Secanggih-canggihnya gadget saya rasa orang-orang
masih tetap dan selalu ingin memiliki buku. Kita masih akan tetap membutuhkan
buku. Banyak manfaat dari membaca dan menguasai isi buku yang pernah dibaca.
Membaca satu buku akan memberi manfaat banyak pada perubahan diri. Dari hal
yang kecil saja, banyak kata-kata/pernyataan-pernyataan dalam sebuah buku
secara tidak langsung sudah membentuk pola pikir baru, merubah perspektif
dahulu.
Coba saja
bandingkan bagaimana generasi terdahulu yang lebih banyak belajar menggunakan
buku ketimbang generasi sekarang yang memudahkan segalanya dengan teknologi
canggih (gadget). -saya jadi teringat dengan perkataan Dosen saya yang
pernah mengambil kesimpulan bahwa ‘anak zaman sekarang lebih cepat dan
gampang lupanya terhadap sesuatu (terutama pelajaran) ketimbang saya yang sudah
tua ini justru lebih banyak mengingat daripada saudara-saudara yang masih muda‘.
Nah, jelas saja sudah terlihat bahwa generasi sekarang sebahagian sudah memilih
belajar menggunakan gadget ketimbang harus menyisihkan waktu banyak
untuk belajar menggunakan buku.
Hipotesis
saya tentang Buku vs Gadget;
- Membaca buku jauh lebih awet di dalam ingatan ketimbang harus membaca banyak hal yang hanya diakses via gadget. Banyak baca, banyak lupa. Banyak mengingat, jauh dari lupa. Memegang buku lebih mengizinkan waktu untuk mengingat.
- Memegang gadget memang jauh lebih ringan dan praktis daripada harus memegang tumpukan buku yang lebih mengorbankan tenaga. Tetapi, belajar dengan buku sesering mungkin jauh lebih mencerdaskan daripada belajar dengan gadget yang melalaikan waktu.
- Menggunakan gadget terbatas pada daya baterai, sering digunakan berarti pengurangan daya baterai yang berlebihan. Lain halnya dengan buku yang kapan saja bisa digunakan sesuka hati dan sesering mungkin.
- Mengoleksi buku merogoh kocek yang cukup ringan, sedangkan mengoleksi gadget harus merogoh kocek yang berat hingga jebol.
- Memiliki buku-buku hanya melakukan perawatan yang sederhana, sedangkan memiliki banyak gadget membutuhkan perawatan yang extra.
- Harga 1 (satu) gadget sudah dapat membeli beberapa tumpukan buku yang digemari.
- Gadget jelas memiliki efek radiasi yang membawa penyakit bagi para penggunanya, lain halnya memegang buku tanpa efek apapun, kecuali anda akan merubah persepsi sebagai pengembangan kualitas diri.
So… Book or
Gadget? Which one?